Aku tidak menantikan siapa-siapa lagi
Aku hanya ingin di sini
Bersamamu
Dan itu melebihi apapun
Siapapun
Engkalau penjuru mata angin
Memberi arah dengan pasti
Mengelilingiku tanpa henti
Setiapku mencari
Tak perlu ku berpaling.
Giana, si super model yang sangat terkenal, memiliki kecantikan, ketenaran, dan kekayaan. Hanya satu hal yang belum dimilikinya, cinta. Cinta yang bisa menaunginya dari dunia yang penuh kepalsuan. Giana adalah simbol dari kehidupan yang gemerlap dan sarat godaan. Juga simbol wanita yang ingin memiliki tempat untuk pulang, seorang suami, anak. Keluarga.
Dilahirkan dari rahim wanita yang tidak pernah menikah, Giana tumbuh tanpa mengenal sosok ayahnya. Itu jugalah yang dia cari dari setiap pria yang mendekatinya. Dari tiga kali pernikahannya terdahulu, Giana belajar bahwa untuk menikah, tidak hanya dibutuhkan suami yang tampan dan cinta, tapi harta juga memainkan peran yang penting.
Drigo, pria tampan dan kaya. Pria yang terobsesi pada Giana, dia mencoba berbagai cara untuk mendapatkan Giana. Hingga begitu dia mendapatkan wanita itu, dia langsung meninggalkannya.
Dua puluh empat jam. Giana bertemu dengan pria tampan dengan mobil Jaguar yang nyaris menabraknya. Giana dipaksa oleh seorang penelepon gelap untuk makan malam bersama. Giana bertemu Drigo yang mampu mampu menyejukkan kegersangan dalam hidupnya. Menginginkannya dan mencintainya.
Kauucapkan cinta ketika mendaki tubuhku. Ketika malam berakhir, cinta pun lari.
Inikah cinta 24 jam?
Giana dan Drigo memang saling mencintai. Bagi Giana, mungkin saja ini adalah cinta 24 jam, tapi bagi Drigo?
Mereka berdua adalah anak-anak 'karma', yang dipertemukan untuk tanpa tahu wujud 'karma' yang sesungguhnya.
Buku ini pertama kali saya baca ketika saya kelas 2 SMA, sekitar tahun 2005 atau 2006. Nah malam ini, saya diberi kesempatan lagi untuk bertemu dan membaca ulang buku ini. Masih sama seperti tujuh tahun lalu, saya tetap terpukau dengan bait puisi Andrei Aksana.
Mereka berdua adalah anak-anak 'karma', yang dipertemukan untuk tanpa tahu wujud 'karma' yang sesungguhnya.
Buku ini pertama kali saya baca ketika saya kelas 2 SMA, sekitar tahun 2005 atau 2006. Nah malam ini, saya diberi kesempatan lagi untuk bertemu dan membaca ulang buku ini. Masih sama seperti tujuh tahun lalu, saya tetap terpukau dengan bait puisi Andrei Aksana.
Walaupun saya sudah tahu akhir ceritanya, tapi membaca ulang buku ini sama seperti membaca buku yang belum pernah saya baca. Mungkin juga karena sudut pandang pembacanya... hehe. Anak SMA vs wanita kantoran, pasti punya sudut pandang yang berbeda bukan?
Ada satu kutipan dari novel ini, yang bagi saya pribadi saya tidak tahu apakah saya harus setuju atau tidak.
Ada satu kutipan dari novel ini, yang bagi saya pribadi saya tidak tahu apakah saya harus setuju atau tidak.
Rajawali selalu ingat pulang ke sarangnya, meskipun telah terbang jauh dan melahap mangsanya.. Rajawali selalu ganas melahap mangsanya, tetapi tak pernah tega menyakiti betina dan anak-anaknya karena rajawali yang tangguh tak pernah menceritakan penyelewengannya. Ia menyimpannya baik-baik sampai mati..Dan pada akhirnya, akhir cerita ini dari novel ini memang sangat jauh berbeda dari novel-nove Andrei Aksana yang lain.
Still with five stars for this novel.
Aku baca novel Andrei Aksana baru yg Pretty Pritta. Sedangkan yg lainnya belum, hehe. It's nice review!
ReplyDeleteThanks ya uda berpartisipasi dlm 2012 End of Year Book Contest. Ditunggu review2 lainnya ^^
Semoga saya berhasi.. \^^/
ReplyDeleteAku malah belum baca novel dia yang Pretty Pritta, kemaren sempat liat, tapi gak jadi beli karna blom ada uang.. xixixi