JESSE dan DAVID
Penjahat dan laki-laki terhormat—sebutan itulah yang paling tepat menjelaskan perbedaan menyolok di antara kedua laki-laki itu.Jesse adalah jenis laki-laki yang dilarang keras oleh ibumu: kasar, brengsek, liar, dan memiliki sisi sensual bad boy yang susah dijelaskan.
Sedangkan David adalah laki-laki impian semua perempuan; dia lembut, penyayang.... Genggaman hangat tangannya saja mampu membuat siapa pun percaya.
ABIGAIL
Kedua laki-laki itu terluka dalam sebuah insiden perampokan kereta api di perbatasan Colorado, sama-sama membutuhkan tangan dingin Abigail McKenzie untuk menyembuhkan mereka. Abigail tak keberatan, selama keduanya bersedia memberi imbalan untuk jasa merawat mereka.
Siapa sangka kedua lelaki yang perangainya bertolak belakang itu membawa hidup Abigail ke situasi tak terduga. David menjanjikannya rasa aman dan kebahagiaan. Sedangkan Jesse malah meneror hidup Abigail dengan kata-kata kasar yang tak bosan keluar dari mulutnya. Abigail bertengkar dengannya hampir setiap saat—yang anehnya malah membuat perempuan itu selalu mengingat wajah tampan Jesse.
Keduanya berdiri di depan pintu hati Abigail—menunggu.
Siapakah yang akhirnya diizinkan masuk dantinggal di sana untuk selama-lamanya?
Pertama kali baca saya sempet kasih dua bintang untuk novel ini, soalnya rada ngebosenin. Jesse dan Abbie kerjaannya selalu bertengkar, rasanya tidak ada habisnya hal-hal yang mereka ributkan.
Saya juga tidak menyukai David, bagi saya pria ini sangat-tidak-menarik. Okai, di mata Abbie, pria ini memang memiliki kesopanan yang bisa diacungin jempol. Tapi biasanya apa yang terlihat baik diluar, belum tentu baik juga di dalam, kan?
Kejadian perampokan kereta itu membuat David kehilangan jari kakinya, tapi itu tidak seberapa dengan luka yang dialami oleh Jesse. Pria itu tertembak di bagian selangkangannya, itu artinya si penembak sebetulnya ingin menembakan bagian yang tertentu dan meleset kebagian selangkangannya. Ups, bagian ini sudah cukup menjelaskan tingkat kedewasaan novel ini, bukan? Jadi anak-anak di bawah 17 tahun, diharap menyingkir! Hus..hussh!!
Nah, karena David tidak butuh perawatan khusus, jadilah Abbie lebih sering berinteraksi dengan Jesse. Abbie yang menghabiskan dua belas tahun hidupnya dengan merawat ayahnya yang sakit, merasa yakin bahwa tubuh telanjang Jesse bukan hal yang mengganggu, tapi dugaannya salah.
Untungnya saat itu Jesse tidak sadarkan diri, kalau tidak, sejak awal gadis itu pasti tidak akan selamat. Hahaha. Abbie tidak menyukai kumis Jesse pada awalnya, jadi masalah kumis juga sering jadi membawa pertengkarang diantara mereka ketika Jesse sadar.
Abbie yang sudah berusia 33 tahun, memiliki tempramen yang tinggi dan kepalanya sekeras batu, Abbie juga menjunjung tinggi nilai-nilai kehormatan, walaupun seluruh kota sudah mencapnya dengan sebutan 'perawan tua diujung jalan'.
Melihat sikap David yang baik padanya, Abbie sempat berfikir David akan menikahinya. Tapi inseden kecil yang terjadi antara Abbie dan Jesse, membuat David menilai yang buruk terhadap Abbie. Abbie langsung marah menanggapi pandangan David tersebut, Abbie pun langsung mengusir David dari rumahnya.
Tanpa keberadaan David di rumah itu, Abbie sepenuhnya hanya berinteraksi dengan Jesse. Memberi pria itu makan, membantunya mandi, membersihkan cambangnya, membersihkan rambutnya dan sebagainya. Pertengakaran yang terjadi diatara mereka sangat menghibur.
Abbie sering mengancam Jesse, terutama agar pria itu bersikap lebih sopan padanya. Abbie selalu menghiraukan permintaan Jesse yang tidak diawali dengan kata 'mohon'. Dan ketika Jesse memohon pada Abbie, wanita itu akan segera memenuhi permintaannya dengan ceria.
Kehadiran Jesse di rumahnya, menyadarkan Abbie bahwa selama ini dia merasa kesepian. Jauh dilubuk hatinya dia tidak ingin ditinggalkan oleh Jesse. Sayangnya di hari terakhir Jesse tinggal dirumahnya, saat itulah dia sadar bahwa dia membutuhkan Jesse. Tubuhnya tidak bisa berbohong pada semua ketertarikan fisik antara mereka.
Malam itu Abbie memohon pada Jesse, sayangnya pria itu kurang keras sewaktu melarang Abbie. Menurut saya, Jesse memang tidak bisa menolak permohonan Abbie karena dia juga menginginkan wanita itu. :p
Sebenarnya saya merasa kesal atas keputusan Jesse meninggalan Abbie setelah malam panjang yang mereka lalui. Dan lebih kesal lagi karena Jesse baru datang menemui Abbie, satu hari menjelang pernikahan mereka. Si hitam satu ini minta di tembak juga kepalanya. >.<
Tapi tetep ya.. endingnya bikin melted, bo...
Empat bintang dari lima yang ada.
No comments:
Post a Comment