Sep 11, 2013

Si Parasit Lajang - Ayu Utami




 
Tebal: 238 halaman
Cetakan pertama Agustus 2003
Saya baca cetakan 2013
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
 
Si Parasit Lajang: "Cewek, Cerdik, Cuek"
Buku ini berisi cercahan pikiran seorang perempuan muda urban. Di akhir usia duapuluhan ia memutuskan untuk tidak menikah dan menyebut diri Si Parasit Lajang, satu istilah yang awalnya dilontarkan feminis Jepang. Sepintas lalu, ia terkesan sangat cuek tentang nilai-nilai di sekitarnya, tak peduli komentar orang sama sekali. Di pihak lain, ia sangat mengamati dan memperhatikan keadaan di sekelilingnya.

Si Parasit Lajang adalah cewek kelas menengah kota. Kelas ini konon paling terdikte oleh kapitalisme. Tapi, kumpulan kolom ini, yang ditulis dalam rentang sepuluh tahun lebih, menunjukkan bahwa orang juga bisa bersikap kritis bahkan sambil tetap berada dalam lingkup kehidupan kapitalistis. Ia juga mencatat pergerakan nilai-nilai yang terjadi di masyarakat dengan lucu. Jika ada pesan dalam buku ini, maka itu adalah demikian: Di zaman ini, larangan tidak memadai lagi untuk bekal manusia berhadapan dengan tantangan. Yang dibutuhkan adalah kecerdikan.
Buku ini adalah buku pertama Ayu Utami yang saya baca. Sudah lama mendengar nama ini dan teman saya selalu menantikan karya beliau, tapi sayangnya saya belum tergerak untuk membacanya. Tapi kemarin Minggu itu, entah mengapa kata lajang yang dikaitkan dengan wanita menarik minat saya.

Membaca halaman-halaman awal buku ini, saya cukup menikmatinya, bahkan saya ikut masuk dalam suasana kegembiraan ataupun kegetiran yang diciptakan oleh A. Ya, tokoh utama buku ini adalah A yang juga merupakan sang penulis sendiri. 

Buku ini seperti kisah perjalanan A ketika dia dihadapkan dengan pertanyaan kapan menikah atau kenapa belum menikah? Buku ini menceritakan tentang keterbukaan seorang A terhadap berbagai jenis orang yang dihadapinya. Dalam hal ini orang-orang yang paling banyak dijumpai A adalah pria. 

Pergaulan dengan pria selalu membawa kita pada obrolan mereka yang sangat vulgar, mulai dari kegiatan masturbasi, menonton Blue Film dan sebagainya. A menyanjung keterbukaan tersebut, dan dia berharap wanita juga bisa seterbuka itu, sehingga setiap wanita dapat merasakan nikmatnya bercinta. Bukan menakutinya.

Saya menemukan sosok A, seperti orang timur yang sebagian dirinya sudah menganut kebebasan orang barat. Setting tempat di buku ini juga berubah-ubah, terkadang di rumahnya, di luar kota, bahkan diluar negri.

Saya sempat mengalami kejenuhan ketika membaca buku ini. Karena rasanya isinya hanyalah obrolan tanpa ujung, seperti masalah tanpa solusi. Tapi setelah selesai membaca beberapa buku lain, akhirnya saya meneruskan buku ini. Sayang rasanya kalau saya tidak menyelesaikannya.

Di akhir buku ini, saya tidak bisa menyimpulkan kalau buku ini baik atau tidak. Tapi membacanya tidak merugikan saya. :)
 
Btw, parasit lajang artinya lajang yang masih tinggal sama orang tua.. :))

No comments:

Post a Comment