Add to Goodreads
Tebal: 752 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Eragon dan naganya, Saphira, berhasil menyelamatkan para pemberontak dari Raja Galbatorix, penguasa kejam Kekaisaran. Sekarang Eragon harus pergi ke Ellesmera, negeri para elf, untuk mempelajari lebih dalam ilmu sihir dan ilmu pedang agar ia dapat menjadi Penunggang Naga yang andal.
Perjalanan yang luar biasa itu membuatnya sampai di banyak tempat yang memikat dan menemui orang-orang yang menakjubkan. Termasuk Arya, elf yang membuat Eragon merasakan cinta untuk pertama kalinya. Juga Oromis dan naganya, Glaedr, yang mengajari Eragon berbagai hal untuk mempererat hubungan batin antara dirinya dengan Saphira, naganya.
Setiap hari merupakan petualangan baru bagi Eragon. Namun kekacauan dan pengkhianatan menghantuinya, Eragon jadi tidak tahu siapa yang bisa dipercayainya.
Sementara itu, sepupunya Roran kembali harus menghadapi pertempuran di Carvahal -- pertempuran yang menyebabkan Eragon berada dalam bahaya yang lebih besar lagi karena melibatkan Galbatorix juga.
Apakah tangan penuh darah sang raja akan menghantam semua usaha untuk melawannya? Eragon kali ini mungkin takkan berhasil meloloskan diri, biarpun dengan mengorbankan nyawanya.
Eragon akhirnya memutuskan untuk setia pada kaum Varden, dan dia bersumpah menjadi pelayan bagi raja Varden yang baru. Nasuada. Putri dari raja Varden terdahulu yang telah meninggal karena melawan para Urgal dan pasukan Galbatorix.
Dalam peperangan tersebut, bukan hanya raja Varden ataupun pasukannya yang meninggal, lebih dari itu Eragon kehilangan Murtagh. Sahabat yang telah menyelamatkan nyawanya.
Eragon tidak bisa selamanya berada di Varden untuk melindungi mereka, dia punya tugas. Pergi ke Elsemera untuk belajar sihir dari para Elf. Tapi ada hal yang lebih menarik yang menanti di Elsemera, selain kehidupan para Elf yang luar biasa, di sana juga ada seorang penunggang dan naganya. Naga emas yang cacat dan penunggang yang setengah cacat pula.
Master, begitulah Eragon dan Saphira memanggil mereka. Eragon dilatih banyak hal di sana, bukan hanya menggunaka mantra, tapi lebih dari itu. Melatih kesabaran, cara menggunakan logika, menahan rasa sakit, dsb.
Jujur saja, saya menemukan banyak hal baik dalam pelajaran tersebut. Setiap pagi Eragon harus berlatih pedang dengan salah seorang elf yang tidak menyukainya. Karena luka di punggunh Eragon, elf tersebut memandangnya sebelah mata dan menganggapnya bukan penunggang yang gagal. Tentu saja dalam hal itu Eragon harus banyak melatih kesabarannya, karena elf tersebut jauh lebih kuat darinya.
Tapi itu tidak bertahan lama, karena setelah upacara penyucian darah Eragon menjadi orang yang baru. Pada waktu upacara tersebut, Eragon mendapatkan hadiah dari para naga. Bukan naga yang sebenaranya tentunya, katakanlah roh naga or something like that.
Sayangnya Eragon sebelum pelajaran Eragon selesai, dia harus menolong kaum Varden dan Surda yang diserang oleh pasukan kerajaan. Mau tidak mau, Eragon harus memenuhi janjinya sebagai pelayan Nasuada dan keluarga dari para kurcaci.
Pada saat peperangan itu, terjadi sebuah reunian besar. Eragon-Ronan-dan seseorang yang bangkit dari kubur dan lahir sebagai seorang penunggang. Yup, seorang penunggang baru telah lahir. Naganya bernama Thorn dan berwarna merah. Naga jantan yang hebat dan nyaris mengalahkan naga biru yang cantik.
Tapi kerajaan tidak bisa begitu saja membunuh Saphira dan penunggangnya, karena Galbatorix membutuhkan Saphira as a new mother for a new dragon.
Kejutan lain yang datang dari si penunggang baru ini adalah dia ternyata memiliki hubungan darah dengan Eragon. Rasanya semua ramalan Angela menjadi kenyataan. Lalu bagaimana dengan kisah Eragon dan Arya? Dengan perbedaan usia beratus tahun, apakah akhirnya Arya menyerah pada perasaan Eragon yang sangan dalam tersebut?
No comments:
Post a Comment