Add to Goodreads
Semua berawal dengan Eragon...Dan berakhir dengan Warisan.Beberapa waktu lalu, Eragon––Shadeslayer, Penunggang Naga––bukanlah siapa-siapa, hanya bocah petani miskin. Naganya, Saphira, cuma batu biru di hutan. Sekarang, nasib seluruh umat manusia berada di tangan mereka.Latihan dan pertempuran selama berbulan-bulan yang panjang membawa kemenangan dan harapan, tapi juga duka mencekam. Namun, pertempuran yang sesungguhnya belumlah terjadi: mereka harus berhadapan dengan Galbatorix. Mereka mesti cukup kuat untuk mengalahkannya. Dan kalau mereka tidak mampu, berarti yang lain tidak punya peluang.Tidak ada yang menyangka sang Penunggang dan naganya akan mampu sampai sejauh ini. Tetapi, sanggupkah mereka menggulingkan si raja jahat dan mengembalikan keadilan ke AlagaĆ«sia? Dan kalaupun sanggup, seberapa besarkah pengorbanan yang harus dilakukan?
Fiuhh.. Akhirnya saya selesai juga membaca serial ini..
Setelah hampir satu tahun lebih berjibaku dengan serial ini.. #eakk
Untungnya di setiap buku kelanjutannya, selalu ada rangkuman kisah yang ada di buku sebelumnya, jadi bisa sambil menyegarkan ingatan lagi.
Buku sebelum ini berakhir di tengah-tengah peperangan dan penemuan si Brisingr, yaitu pedang Eragon. Pedang ini akhirnya bisa dibuat setelah si Solebum menyampaikan pesan dari kerahasian besar.
Di buku ini lebih banyak berkisah tentang peperangan demi peperangan yang dimenangkan Roran, sedangkan untuk Eragon, di mengalami beberapa kekalahan yang membawanya kembali ke pesan Solebum sebelumnya.
Galbatorix memang seseorang yang haus kekuasaan, di bahkan mencuri Nasuada dan memaksanya untuk bersumpah setia pada Galbatorix. Untungnya Nasuada adalah wanita yang tegar dan juga keras kepala, semangatnya juga tidak padam walaupun Galbatorix sudah menyiksanya habis-habisan.
Murtagh, si penghianat, menunjukkan rasa kasihnya pada Nasuada dengan menolongnya mengurangi rasa sakit juga mengajarinya untuk merasakan benak Murtagh.
Satu hal yang aku pikirkan ketika membaca buku ini, rasanya buku ini tidak akan bisa di filmkan. Kenapa? Karena pertengkaran mereka kebanyakan adalah pertengkaran dengan benak. Yang mana secara visualisasi akan sulit dilihat. Ibaratnya hanya untuk dunia khayal pribadi.. :)
Sejujurnya sedikit kecewa dengan cara Galbatorix menang, hanya dengan satu sihir yang menggabungkan kekuatan para naga dan elf. Rasanya terlalu sederhana dan gak dapet klimaksnya. Rasanya yang banyak bertengkar itu hanya Murtagh dan Eragon. Sedangkan si Galbatorix hanya sampingan. :(
Tapi walau begitu, aku senang akhirnya aku selesai membaca buku ini. Bagian yang paling kusuka adalah salah satu bab yang menceritakan dari sudut pandang Saphira. Dia menyebutkan Eragon sebagai pasangan seperasaan, dan dia juga memberikan sebutan lain untuk Arya, dan elf lainnya. Dan aku sangat ingin saphira bercerita lagi di bab-bab berikutnya, tapi sayangnya hanya di bagian itu saja dia muncul.. #hiks
Tidak mengurangi rasa sukaku terhadap serial ini, aku tetap menganggap buku ini layak masuk ke rate 5... :)
No comments:
Post a Comment