Dec 20, 2012

Writer vs. Editor - Ria N. Badaria




Hidup terkadang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan... Kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Nuna R. Mirja, bekerja sebagai pegawai swalayan padahal bercita-cita menjadi penulis. Nuna menyebutnya sebagai "pelencengan rencana hidup".

Berkali-kali menerima penolakan dari berbagai penerbit atas naskahnya sudah cukup menjadi alasan Nuna untuk melupakan cita-citanya. Hingga ia menerima surat dari salah satu penerbit yang menyatakan naskahnya layak untuk diterbitkan. Sepucuk surat yang membuat Nuna berpikir hidupnya akan mulai berjalan sesuai rencana.

Sayangnya dia salah. Ini justru awal dari berbagai pelencengan rencana hidup lainnya. Mulai dari mendapat editor yang sangat menyebalkan untuk naskahnya. Bertemu kembali dengan cinta pertamanya, sosok sempurna yang selalu membuatnya patah hati, setiap kali ia menyadari perasaannya takkan pernah tersampaikan. Hingga kehilangan orang yang begitu penting dalam hidupnya, yang mengharuskannya berusaha lebih keras di antara dilema cinta yang datang tak terduga.

Nuna bukanlah gadis yang berasal dari keluarga berada dengan kepintaran dan kecantikan yang luar biasa. (Satu bintang untuk tokoh utama yang biasa) Satu-Satunya kelebihan yang dimilikinya adalah talenta di bidang menulis. Walaupun kehidupan tidak selalu berjalan mulus dan sesuai keinginan kita, Nuna juga sempat merasa down karena tulisannya tidak pernah ditanggapi.

Suatu hari, seperti hari-hari sebelumnya, Nuna sedang bergulat dengan pekerjaannya sebagai karyawan di semacam supermarket dan dia menangani masalah barang-barang di gudang, tiba-tiba dia mendapat kabar kalau naskahnya di terima. Nuna merasa bahagia karena itu, ditambah lagi dengan honor yang sudah dia terima. Sayangnya dia lupa bahwa naskahnya tidak mungkin langsung di terbitkan tanpa di edit terlebih dahulu, dan malangnya dia mendapat editornya bukanlah orang yang mudah.

Sebaliknya bagi sang editor, Nuna adalah penulis yang tidak profesional dan sering membuatnya uring-uringan karena tidak bisa dihubungi. Akhirnya berkat ide brilian dari sahabatnya, si editor memutuskan untuk mengerjai Nuna.

Dari pertemuan mereka yang pertama Nuna langsung merasa kesal pada sang editor, tapi dia tidak bisa menampik daya tarik dari pria itu. Sahabat Nuna menyebutnya dengan sebutan pria unggul. Tapi Nuna menghiraukan perasaannya pada sang editor, karena dia masih menyimpan rasa pada satu  pria dimasa lalu.

Impian Nuna akhirnya menjadi kenyataan, dia akhirnya bertemu dengan sang Kakak, yang dia cintai sejak dulu dan sepertinya dewi fortuna menyertai Nuna, karena akhirnya dia bisa menjadi kekasih pria itu.

Sejak saat itulah rasa galau dan perih mulai menghampiri Nuna. Pertengkarannya dengan editor bukan hanya sekedar pertengkaran biasa, karena tanpa di sadari sang editor pun mulai merasa cemburu dengan hubungan Nuna dengan atasannya itu.

Harus saya akui Gramedia tidak pernah menerbitkan novel yang asal. Buktinya novel ini, walaupun ide ceritanya seperti kebanyakan, tapi alurnya ceritanya cukup menarik dan mengalir. Saya menikmati setiap lembar dari novel ini.

Walaupun di tengah cerita saya bingung dengan perubahan sikap Nuna setelah ayahnya meninggal, saya rasa itu tidak terlalu mempengaruhi minat saya untuk menamatkan novel ini.
Dari sampul depannya, saya juga sudah bisa menangkap inti ceritanya. Tapi sinopsisnya membuat saya gregetan dan ingin membaca isisnya.

Walaupun saya hanya bisa memberikan tiga bintang dari lima yang terbaik, saya bisa bilang saya tidak menyesal pernah membaca novel ini. Atau saya juga tidak akan bilang, saya menyesal pernah tertarik membaca novel ini, karena saya puas dengan akhir cerita dan bagaimana cerita ini dituliskan.

Regards,

@yuuCaaaa

No comments:

Post a Comment