Add to Goodreads
Samudra di Ujung Jalan Setapak adalah fabel yang membentuk ulang kisah fantasi modern: menggugah, menakutkan, dan puitis—semurni mimpi, segetas sayap kupu-kupu, dari pencerita genius Neil Gaiman.
Kisahnya dimulai empat puluh tahun silam, ketika pemondok di rumah keluarga sang Pencerita mencuri mobil mereka dan bunuh diri di dalamnya. Peristiwa ini membangkitkan kekuatan-kekuatan purba yang seharusnya dibiarkan tak terusik. Makhluk-makhluk gelap dari dunia seberang kini lepas, dan sang Pencerita harus mengerahkan segala daya upayanya agar bisa bertahan hidup: ada kengerian yang nyata di sini, dan kuasa jahat yang terlepas—di dalam keluarganya dan dari kekuatan-kekuatan yang bersatu untuk menghancurkannya.
Yang bisa melindunginya hanyalah tiga perempuan yang tinggal di pertanian ujung jalan. Perempuan yang paling muda menyatakan kolam bebeknya adalah samudra. Perempuan yang paling tua mengaku pernah menyaksikan peristiwa Ledakan Besar.
Buku hadiah dari Ren udah berbulan-bulan ada di timbunan dan baru selesai dibaca dua minggu lalu..
Saya jatuh cinta sama covernya, lalu saya melihat banyak anak BBI yang menjadikan buku ini wishlist mereka, jadi ketika Ren bilang saya menang di reading challenge bulanan, saya pun memilih buku ini. :))
Ini buku Neil Gaiman yang pertama kali saya baca dan saya pun tidak begitu mengenal penulis ini. Jadi sejak halaman pertamapun saya sudah dibuat kagum oleh si penulis.
Bayangkan saja, buku ini diawali dengan seorang kakek yang ingin menghindari acara pemakaman, jadi dia pergi ke rumah yang sewaktu kecil didiaminya, dan dari situ dimulailah cerita ini.
Cerita tentang anak kecil yang hidupnya mulai berubah sejak dia si penambang yang nge-kost di rumahnya meninggal. Anak laki-laki itu pun berkenalan dengan Lettie Hempstock dan juga ibu dan nenek Lettie.
Tidak lama dari perkenalan itu, si anak entah bagaimana nyaris mati karena uang koin yang masuk ke tenggorokannya. Kemudia Lettie yang mendengar kejadian itu mengajak si anak bertemu dengan sosok yang sudah membagi-bagikan uang logam itu secara sembarangan. Dan ketika Lettie sedang berperang dengan si sosok mengerikan itu, anak itu tanpa sengaja melepas tanggan Lettie, padahal Lettie sudah memperingatkan bahwa dia tidak boleh melepaskan tangan Lettie.
Ternyata sang anak membawa seekor cacing didalam kakinya ketia dia pulang dari tempat itu. Anak itu memang berhasil mengeluarkan cacingnya, tapi siapa tahu kalau cacing itu membawa Ursula Monkton ke dalam rumah mereka.
Bagi saya Ursula adalah gambaran penyihir yang mengerikan yang selalu meneror anak itu, walaupun adiknya tidak merasa terganggu dengan kedatangan Ursula di rumah mereka. Apalagi sang ayah.. yang sangat.. sangat.. 'senang' dengan kedatangan Ursula.
Kisah yang di tulis oleh Neil ini memang kisah yang dituliskan dari sudut pandang anak kecil. Seorang anak yang hanya tahu bermain dan hidup dalam dunia fantasinya. Tapi kehadiran keluarga Hempstock yang sepertinya tidak pernah menua dan tanpa sosok lelaki dikeluarga itu memang memberikan kesan mistik dan vintage.
Walaupun buku ini berakhir sedih, tapi saya mengakhiri buku ini dengan sebuah senyum kepuasan.
Beberapa kutipan yang saya suka dari buku ini, (yang saya ambil dari versi Ingrisnya)
“Nobody looks like what they really are on the inside. You don’t. I don’t. People are much more complicated than that. It’s true of everybody.”
No comments:
Post a Comment