Add to Goodreads
Penulis: Windry Ramadhina
Halaman: 368
Penerbit: Gagas Media pada Desember 2012
Aku berharap tak pernah bertemu denganmu.
Supaya aku tak perlu menginginkanmu, memikirkanmu dalam lamunku.
Supaya aku tak mencarimu setiap kali aku rindu.
Supaya aku tak punya alasan untuk mencintaimu.
Dan terpuruk ketika akhirnya kau meninggalkanku.
Tapi...,
kalau aku benar-benar tak pernah bertemu denganmu, mungkin aku tak akan pernah tahu seperti apa rasanya berdua saja denganmu. Menikmati waktu bergulir tanpa terasa.
Aku juga tak mungkin bisa tahu seperti apa rasanya sungguh-sungguh mencintai...
dan dicintai sosok seindah sakura seperti dirimu.
Sebenarnya saya membaca buku ini lebih dulu baru London, kemudian saya jadi mengambil sebuah kesimpulan atau tepatnya kesamaan. Kedua buku ini London dan Montase memiliki ending yang sedikit berbeda dari kebanyakan novel pada umumnya. Atau apakah belakangan novel-novel romance mengubah mainstream mereka menjadi seperti ini?
Saya tidak akan menyimpulkan bahwa ending ini bahagia atau tidak, tapi karena sejak dulu sampai sekarang sebenarnya saya tidak bosan dengan ending tokoh utama hidup bahagia bersama pasangan yang dicintainya.
Selain endingnya, POV yang digunakan adalah versi tokoh pria, Rayyi. Rayyi dan Haru. Sepasang manusia yang memiliki kecintaan yang sama akan dunia dokumenter. Walaupun ayah Rayyi adalah seorang produser di bidang perfiliman fiksi, tapi anaknya tidak mau mengikuti jejak ayahnya. Dari sini kita sudah bisa menebak bagaimana kisahnya akan berjalan kan?
Sebenarnya saya mau merahasiakan rahasia Haru, tapi karena di Goodreads sudah banyak yang menceritakannya; jadi saya tetap merahasiakannya. :))
Rayyi awalnya merasa tersaingi dengan kedatangan Haru di kampus mereka, mahasiswa Jepang hanyalah mahasiswa pertukaran selama 2 semester (kalau tidak salah ingat). Tapi saya cukup takjub juga soalnya Haru ini sudah lancar bahasa Indonesianya (namanya juga novel).
Nah, ternyata rasa tersaingi itu hanya datang dari Rayyi, sementara Haru, dia menyukai hasil karya Rayyi. Mereka kebetulan sama-sama mengambil mata kuliah yang sama, karena itu mereka akhirnya banyak menghabiskan waktu bersama dan dari situ tercipta sebuah hubungan baru.
Sayangnya hubungan itu tidak terlalu lama, karena Haru akhirnya harus kembali ke Jepang. Sekembalinya ke Jepang, Haru dan Rayyi hanya berhubungan melalui surat. Cukup aneh, mengingat jaman ini kan jam canggih, kemanakah karya Mark S tersayang atau kehebatan kotak surat Kakak Yahoo dan Abang Google?
Lupakan ocehan saya barusan, karena setelah Haru pergi Rayyi harus tetap melanjutkan mimpinya.Walaupun di tentang sang ayah, Rayyi tidak boleh menyerah, dong... Kalau di menyerah tentu buku ini akan langsung saya kasi rate 0!
Nah, kalau mau tau lengkapnya tentu harus baca bukunya ya.. :)
Saya memang menyukai diksi dari penulis ini, tapi mungkin selera baca saya sedang berubah atau karena banyak bagian yang saya rasa gampang di tebak membuat saya melewatkan beberapa halaman ketika membacanya. :(
Sorry to say.. tapi buku ini gak buruk-buruk amatlah... buktinya banyak yang kasi rate empat sampai lima di Goodreads.
No comments:
Post a Comment