Cameron Winters is a freak. Fortunately, no one but her family knows the truth... that Cameron can read minds. For years Cameron has hidden behind a facade of normalcy, warned that there are those who would do her harm. When gorgeous and mysterious Lewis Douglas arrives he destroys everything Cameron has ever believed and tempts her with possibilities of freedom. Determined to embrace her hidden talents, Cameron heads to a secret haven with Lewis; a place where she meets others like her, Mind Readers.
But as Cameron soon finds out some things are too good to be true. When the Mind Readers realize the extent of Cameron’s abilities, they want to use her powers for their own needs. Cameron suddenly finds herself involved in a war in which her idea of what is right and wrong is greatly tested. In the end she’ll be forced to make a choice that will not only threaten her relationship with Lewis, but her very life.
I read this book because it was recommended by books.knightlabprojects.com. Beside that the rating in Goodread is 3.84... So.. I read this book!
Buku ini lumayan seru menurut saya, rasanya pembaca di bawa untuk percaya pada sesuatu dan tidak lama kemudian fakta itu dibantahkan oleh fakta lain. Rasanya saya tidak tahu pihak manakah yang baik dan pihak mana yang jahat. Dan sepertinya Cameron juga merasakan hal yang sama.
Cameron dan neneknya sering berpindah tempat karena neneknya tidak ingin ada yang mengetahui kemampuan Cameron, sedangkan Cameron sudah merasa capek kalau menjalani hidup yang tidak permanen itu. Dia jadi sulit mencari teman dan banyak orang yang menganggapnya aneh karena sikapnya yang tertutup.
Suatu hari terjadi kasus pembunuhan di tempatnya yang baru dan kejadian itu membawanya mengenal Lewis. Cameron mulai tertarik pada pria ini, ditambah lagi Lewis dan Cammeron memiliki kemampuan yang sama. The main readers alias pembaca pikiran.
Jujur saja saya ingin memiliki kemampuan ini, jadi saya bisa tahu kalau ada sesorang yang berniat jahat pada saya atau bila ada orang yang berfikiran buruk tentang saya. Tapi saya tetap bersyukur tidak memiliki kemampuan itu, karena saya tidak harus dikejar-kejar oleh S.P.I (Supernatural & Paranormal Investigators) atau saya tidak harus di kurung di pulau terpencil oleh Aaron.
Aaron mengaku sebagai sahabat dari ayah Cameron dan alasan itu dijadikannya untuk mengambil Cameron dari neneknya dan Aaron mengajari banyak hal pada Cameron. Dia belajar cara membloking pikirannya agak tidak ada yang bisa membacanya dan belajar cara menghapus ingatan seseorang.
Bicara soal menghapus pikiran orang, mereka melakukannya dengan cara yang menyakitkan, tidak seperti yang dilakukan oleh orang Haiti di film Heroes. hehehe...
Seorang agen S.P.I tertangkap sedang mengintai rumah kediaman Aaron, Maddox memiliki chip di dalam kepalanya -yang menurut Aaron- untuk membaca pikiran orang, tapi di akhir kisah di katakan Maddox bisa membaca pikiran tanpa chip itu.
Perkenalan Cameron dan Maddox membuat Cameron berfikir ulang tentang semua tindakannya. Cameron merindukan neneknya, tapi dia tidak boleh meninggalkan pulau itu tanpa di hapus ingatannya mengenai semua hal yang terjadi di pulau tersebut dan hal paling tidak ingin dilupakan Cameron adalah Lewis. Tapi Lewis adalah bagian dari pulau dan orang yang juga ikut menjebaknya.
Saya menyukai ide ceritanya dan alur kisahnya, seperti yang saya katakan sebelumnya, saya dibawa percaya sesuatu kemudian penulisnya memaparkan keburukan dari hal yang saya percayai tersebut. Tapi sungguh saya tidak ingin mengalami apa yang sudah dialami oleh Cameron. Bagaimana mungkin ayahnya yang sudah meninggal, ternyata masih hidup? Memang cerita tentang ayahnya ini akan dibahas di buku keduanya, tapi sepertinya saya tidak berniat melanjutkan bukunya... :)
No comments:
Post a Comment