Add to Goodreads
Pages: 254
Penerbit: Gramedia Pustaka
Publish: July 2013
Empat tahun menjalin hubungan tidak menjamin Hawa berjodoh dengan Abhirama. Hubungan mereka luarnya saja tampak mesra, padahal mereka dua orang yang memaksakan saling memahami, tapi sayangnya tak berhasil. Akhirnya, Hawa membatalkan sepihak rencana pernikahannya dengan Abhirama.
Karena sedih, malu dan kecewa, Hawa menenangkan diri ke rumah Omanya di pedalaman Kalimantan Barat.
Di situlah Hawa bertemu dengan Landu, polisi yang bertugas di Kapuas Hulu. Perjumpaan mereka yang berawal dari kejadian tidak mengenakkan lambat laun menumbuhkan bibit cinta. Perlahan, kehadiran Landu yang pendiam tapi dewasa menyembuhkan luka hati Hawa.
Tetapi, sanggupkah Hawa menerima cinta Landu pada saat Abhirama menyusulnya dan memintanya kembali ke pelukannya?
Where should I start to tell you about this book?
How about what made me want to read this book?
Sejujurnya, seperti biasa, hari Minggu kemarin saya sedang tidak berniat pulang cepat setelah ibadah. Akhirnya Gramedia Semanggi jadi tempat pe-we saya. Sempat melirik beberapa judul dari penerbit Gagas yang cukup menarik, tapi setelah baca halaman pertama dan kedua saya jadi meh duluan bacanya.
Singkat cerita saya melihat buku ini dengan cap 'juara 2 amore' tentu saja hal itu menarik perhatian saya. Setelah membaca buku juara 1 yang saya kasih bintang cukup banyak. Saya jadi tertarik pada buku ini, sinopsisnya juga agak menari.
So what is good news about this book?
Halaman-halaman awal saya sangat menikmatinya, penjelasannya detail dan tidak membuat saya bosan. Kelebihan lainnya adalah setting di Kalimantan, agak jarang sih ada yang menulis tentang pulau Borneo itu. Tapi ini memang kelebihan penulis karena dia kebetulan adalah penduduk Pontianak.
Harus diakui pantai kalimantan itu memang bagus, terutama Derawan. Sejujurnya saya punya keinginan untuk menjalani setiap keindahan alam di Pulau Borneo :)
Pertemuan Landu-Hawa cukup menarik sebenarnya. Ditambah dengan tokoh Luna, adik Hawa, dan ayahnya.
Romantisme Landu juga membuat saya deg-deg serr.. Tapi kalau ditanya apakah saya menyukai tokoh Landu? Jawabannya: TIDAK.
So, did I like this book or not?
Absolutely No!
Sorry to say..
First: Karena ini POV orang ketiga, tapi kok rasanya karakter semuanya nyaris sama?
Contoh ayah dan nenek Hawa, saya tidak tahu bagaimana mengatakannya. Tapi rasanya kalau punya ayah seperti ayahnya Hawa, kayaknya agak aneh.
Terlalu feminim, sepertinya itu kalimat yang cocok. Bukan feminim dalam arti gemulai. Tapi terlalu panggilan 'sayang' dari ayah Hawa, rasa lebih cocok bila itu disampaikan oleh seorang Ibu. Makanya saya bilang tokoh ayah dan nenek rasanya hampir sama. Terlalu wanita.
Luna, yang dinyatakan terlalu dewasa untuk usianya. Hal ini juga sepertinya penulis hampir memberikan nafas (karakter) yang sama untuk semua tokoh. Bedanya kalau pria, dia menggambarkan mereka punya badan dengan otot yang bagus.
Second: Inti ceritanya apa?
Hawa yang mutusin Abi? Rasanya konfliknya kurang kena? Hanya karena sibuk trus batalin pernikahan? Kok bagi saya kurang masuk akal, terutama dengan cara penulis menceritakannya.
Lalu setelah Abi minta balikan, eh si Hawa mutusin 'begitu' aja. Datar, gak ada klimaks.
Yang paling aneh lagi, waktu mereka nikah, si Abi atau si Jelita gak diundang ya? Trus si Landu dan Abi kan sahabatan? Kok gitu aja? Tiba-tiba ceritanya Hawa-Landu menikah, gak pake jontok-jontokan atau perang mulut antara Abi-Landu?
Lalu tiba-tiba buku ini punya cerita bagian kedua yang makin bikin meh. Sekedar saran sih, daripada di kasih bagian kedua kenapa bagian pertamanya gak di matengain dulu sih?
Third: I don't like them.
Yes, Landu and Hawa. Kisah cinta mereka terlalu maksa. Terlalu cepat dan dialog mereka terlalu biasa.
So, why you kept read it, event you didn't like it from the firs time?
So that I can tell you, why they made a competition just to make book like this become a winner?
Apakah tujuan dari panita sebenarnya? Since I knew it, everything is about business. Apakah ini hanya untuk memperkenalkan Amore pada masyarakat? Then, they received their goal.
Tapi kalau untuk menghasilkan buku atau karya yang bagus? Rasanya belum tercapai.
Tapi apapun yang terjadi sebuah karya harus tetap dihargai. Semoga saja kedepannya karya anak bangsa makin membaik.
No comments:
Post a Comment