***
Aku membeli novel ini karna tergoda dengan kemasyuran nama penulisnya dan sesungguhnya aku suka dengan gaya cerita wanita yg chubby ini. Hanya saja -selalu ada tetapi dibalik pujian- aku rasa buku ini 'tidak cocok' untukku.
Diawal kisah, aku memang dibuat penasaran bagaimana akhir ceritanya, tapi sayangnya dia tidak berhasil membuatku bersabar untuk tidak melihat ending kisahnya. Namun karena cerita ini bukan seperti cerita yang biasa aku baca, aku tidak bisa menebak ending yang sesungguhnya.
Akhirnya setelah mengorbankan jam tidurku selama dua hari, aku berhasil menyelesaikan novel ini. Dan coba tebak, saya merasa tertipu. Tidak. Saya tidak sampai menyesal sudah membeli buku ini, seperti yang saya bilang sebelumnya saya suka dengan gaya ika bercerita, tapi bagi saya gaya itu membuat saya bosan. Saya hanya bertahan hingga di tengah halaman, lalu dengan terpaksa menyelesaikannya dengan meng-skip banyak kalimat dan hanya memperhatikan percakapan mereka lalu saya sampai di akhir halaman dan menutupnya dengan helaan nafas panjang. Aku terjebak.
Yah, aku rasa itu lah yang dilakukan ika natassa, menjebak pembacanya. Membuat pembacanya terjerat dengan akhir kisah yang sesungguhnya. Nice try, but aku mau berhenti sampai di sini. Sekarang ini di lemari miniku, aku memiliki divortiare dan buku ini. Aku rasa ini cukup.
Ntah mengapa, aku mulai merasa jenuh dengan tulisan penulis Indonesia belakangan ini. Maaf, bukannya tidak cinta Indonesia. Tapi mungkin aku lebih suka membayangkan kehidupan yang tidak pernah aku lihat sama sekali. Seperti kisah di Inggris tahun 1800-an, dimana tokoh utamanya kebanyakan para Lord, Earl, dst. Kehidupan percintaan mereka dengan para kekasihnya. Memang sih kebanyakan kisah itu untuk usia 17 tahun keatas, tapi aku rasa novel itu memberikan arti lain dalam cinta.
But overall, aku tetap bangga dengan produk lokal. Maju terus para penulis Indonesia, aku harap karya kalian tidak hanya untuk pembaca local, tapi se Asia, Eropa, atau bahkan seluruh dunia. Fighting!
Oya.. actually prinsipku adalah.. Kalau memang Haris mencintai Keara, maka dia terlalu bodoh untuk tidak mengatakannya. Walaupun persahabatan mereka akan berubah, tapi setidaknya dia udah nyatain kan? Lagian kenapa sampe si Keara lupa, kalau dia yang minta dicium sama si Haris duluan?
Hell-OO.. Pleaseee..
Tapi ya sudahlah, aku kasih dua bintang buat novel ini karena aku benci ending yang seperti itu.
Regards,
@yuuCaaaa